Sejarah GPdI

History of GPdI

Seorang pendeta dari Gereja Metodist keluar dari organisasinya dan mengadakan persekutuan dengan nama BETHEL HEALING HOME . Disitu ia mendoakan orang sakit untuk menerima kesembuhan Illahi. Nama pendeta itu CHARLES FOX PARHAM, dan pada musim gugur th 1900 ia mendirikan BETHEL BIBLE SCHOOL (Sekolah Alkitab Bethel) di Topeka, Kansas. Jumlah murid sebanyak 40 orang. Suatu kali, karena bertugas diluar kota, maka Pdt. Parham menyuruh para siswa-siswinya untuk mengkaji Kisah Para Rasul pasal 1 dan 2, mengenai dipenuhkan dengan Roh Kudus dengan tanda berbicara dalam bahasa lidah. Hasilnya, para siswa-siswi sependapat bahwa kepenuhan Roh Kudus benar-benar suatu kisah nyata, dan sebagai tandanya adalah berbicara dalam Bahasa Lidah seperti tertulis dalam Kisah 2:4 ; 10:46 ; 19:6 ; I Kor 14:1-33.

Pada malam tutup tahun mereka mengadakan Prayer Vigil (Menara Doa). Salah seorang siswi bernama Ny. Agnes N. Laberge meminta Pdt. Parham menumpangkan tangan di atas kepalanya supaya dipenuhkan Roh Kudus sesuai Kisah 8:17. Maka pada malam itu, sementara mereka berdoa, Ny. Agnes N. Laberge Ozman dipenuhi dengan Roh Kudus serta berbicara dalam Bahasa Lidah. Hal ini terjadi setelah lewat jam 12 malam, sehingga disebut 1 Januari 1901 sebagai hari pertama Roh Kudus dicurahkan kembali sesuai dengan pengalaman rasul-rasul di kamar loteng Yerusalem pada hari Pantekosta. Kepenuhan Roh Kudus ini juga terjadi pada siswa-siswi lain, dan menurut catatan, saat itu mereka berbicara dalam 21 bahasa sebagai tanda dipenuhi Roh Kudus.

Dengan demikian Pdt. Charles Parham adalah orang pertama yang mengajarkan doktrin berbicara dalam Bahasa Lidah sebagai tanda kepenuhan Roh Kudus di sekolahnya.

Berikut ini petikan kesaksian Ny. Agnes N. Laberge Ozman yang ditulis dalam buku kecil “ GERAKAN PANTEKOSTA “ karangan Evert van der Molen.

“Beberapa tahun lamanya saya mengikuti beberapa sekolah Alkitab dan pada bulan Oktober 1900 saya masuk ke Sekolah Alkitab Bethel di Topeka ini. Siang hari kami mempelajari alkitab dan malam harinya pergi mengabarkan Injil di dalam kota. Sebagian besar waktu kami, dipergunakan untuk berdoa.

Sebagaimana pendapat banyak orang, saya kira saya pun telah menerima baptisan Roh Kudus pada saat saya percaya dan menerima Tuhan Yesus, tetapi ketika mneyadari  bahwa Roh Kudus dapat dicurahkan secara lebih penuh, maka hati saya merindukannya. Kadang-kadang saya lebih rindu akan baptisan Roh Kudus daripada makanan. Kami dianjurkan untuk mengagungkan Darah Yesus Kristus dan membiarkanNya bekerja dalam diri kami, dan ini membawa damai besar serta kemenangan.

Pada malam akhir tahun, kami mengadakan suatu kebaktian yang sangat diberkati. Kami berdoa agar berkat Allah ada dia atas kami apabila tahun baru tiba. Pada hari pertama dari tahun 1901, kami merasakan kehadiran Allah secara ajaib, dan dengan lembut Allah berkata-kata dalam hati kami bahwa kami harus menantikan perkara-perkara yang lebih besar dari Dia. Pada malam itu kami dihinggapi oleh Roh Doa. Kira-kira pukul sebelas timbul dalam hati saya kerinduan untuk penumpangan tangan, agar saya menerima karunia Roh Ul Kudus, lalu saya mulai berkata-kata dalam Bahasa Lidah serta membesarkan Allaha berkata-kata dalam berbagai bahasa, seakan-akan aliran air hidup memancar keluar dalamku.

Pada tanggal 2 Januari, beberapa dari kami pergi ke suatu pos penginjilan di Topeka. Waktu kami menyembah Tuhan, mula-mula saya berdoa dalam bahasa Inggris, kemudian bahasa lain. Seseorang yang ikut hadir di situ berasal dari Bohemia, mengatakan bahwa saya berkata-kata dalam bahasanya dan ia mengerti apa yang saya katakan. Beberapa bulan kemudian ketika kami mengadakan pertemuan di suatu gedung sekolah, melalui kuasa roh saya berkata-kata dalam bahasa Lidah. Disana juga hadir seorang Bohemia dan ia mengerti apa yang saya katakana. Murid-murid lain menjadi semakin rindu pada Roh Kudus dan mereka tetap menantikan Tuhan. Pada tanggal 3 Januari, beberapa orang murid pergi ke pos penginjilan, sedang beberapa yang lain mengadakan persekutuan doa di sekolah. Allah mendengar doa mereka dan mencurahkan RohNya. Satu-persatu dari mereka mulai berkata-kata dalam Bahasa Lidah, dan beberapa lagi menerima karunia mengartikan makna Bahasa Lidah.”

Peristiwa di Topeka ini menjadi masyur, sehingga datang orang dari berbagai tempat hendak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Inilah tonggak sejarah berdirinya GERAKAN PANTEKOSTA dan DOGMA BAHASA LIDAH.

Pada tahun 1901 Pdt. Charles Fox Parham menutup sekolah Alkitabnya, lalu ia mengadakan penginjilan dengan berita kepenuhan Roh Kudus dengan tanda berbicara dalam Bahasa Lidah. Gerakan ini mulai meluas di Amerika.

Akhirnya pada tahun 1905 Pdt. Charles Fox Parham menetap di Houston, Texas dan disini ia membuka sekolah Alkitab yang diberi nama The Bible Training School yang hanya mempunyai 25 orang murid. Salah satu muridnya adalah seorang kulit hitam bermata satu, W.J SEYMOUR. Dia adalah orang yang kemudian dipakai Allah untuk suatu kebangunan rohani di AZUSA STREET, sehingga dia dijuluki Rasul Azusa Street.

KEBANGUNAN ROHANI DI AZUSA STREET

Pada suatu hari Pdt. W.J Seymour menerima undangan dari Church of The Nazarene di Los Angelos, di gereja ini ia berkhotbah dari Kisah 2:4 yaitu tentang baptisan Roh Kudus yang disertai dengan perkataan dalam Bahasa Lidah. Namun ia ditolak dan di usir karena khotbahnya itu. Lalu orang-orang mengolok-oloknya dengan sebutan LIDAH SUCI dan YANG BER-HALLELUYAH

Namun Pdt. Seymour diterima oleh Fracis Asbury di 312 Bone Brae Street. Maka mulailah diadakan kebaktian dirumah itu, dan Tuhan memberkati kebaktiannya, sehingga rumah Asbury tidak cukup menampung orang yang datang. Asbury sendiri menerima kepenuhan Roh Kudus pada April 1906

Karena rumah Asbury tidak dapat menampung lebih banyak orang lagi maka dicarilah tempat kebaktian yang lebih besar, dan didapatlah rumah gudang di 312 Azusa Street. Gedung ini sudah tua, kondisinya jelek dan kotor, tapi justru orang-orang sederhana tidak segan memasukinya. Ditempat ini Roh Kudus dicurahkan luar biasa. Kebaktian kebangunan rohani berlangsung 3 tahun, yaitu sejak 1906 sampai 1909. Tokoh-tokoh dari berbagai Negara datang, ingin melihat apa yang terjadi dengan KKR di Azusa Street. Pada umumnya mereka juga mengalami kepenuhan Roh Kudus, lalu mereka membawa berita ini ke segenap penjuru dunia.

  • Adapun ciri-ciri KKR Azusa street adalah sebagai berikut :
    • Tidak ada koor yang bagus, buku nyanyian dan liturgy.
    • Mereka menyanyi dengan perasaan sungguh-sungguh.
    • W.J. Seymour berkhotbah dengan semangat yang berapi-api, mendoakan dan menumpang tangan untuk kepenuhan Roh Kudus.
    • Tidak ada perbedaan ras, semua mencari hadirat Allah.

Seusai KKR di Azusa street ini, maka Pdt. W.J Seymour yang sederhana, tanpa pendidikan tinggi, dan bermata satu, mulai mengabarkan Injil ke berbagai kota di Amerika dengan berita kepenuhan Roh Kudus yang ditandai berbicara dalam Bahasa Lidah.

(dari Sejarah GPdI – Theopilus Karunia Djaya).