Sejarah GPdI Narada

History of GPdI Jemaat Hosana-Narada

Sejarah berdirinya Gereja Pantekosta di Indonesia Jemaat Hosana-Narada, bermulai dari Perintisan seorang hamba Tuhan yang bernama Pdt. Rombah seorang keturunan Belanda yang berlokasi di Jalan Narada No. 15 Tanah Tinggi – Jakarta Pusat sejak tahun 1949, pada waktu itu menggunakan nama gereja De Pingksterkerk in Nederlandsch Indie. Dan pada tahun 1960, Pdt. Rombah pulang ke negeri Belanda dikarenakan adanya peristiwa Gerakan Partai Komunis. Dan oleh Majelis Daerah DKI pada waktu itu pelayanan gereja dilanjutkan oleh Pdt. Imanuel Willem Graafstal yang juga seorang keturunan Belanda.

Dalam pelayanan Pdt. Imanuel Willem Graafstal telah banyak melahirkan hamba-hamba Tuhan yang dipakai luar biasa dan banyak cabang-cabang pelayanan GPdI Narada yang telah berdiri sendiri (GPdI pedongkelan, GPdI Palmerah, GPdI senen,dll).

Pdt. Imanuel Willem Graafstal juga menjabat sebagai Komisaris II Majelis Daerah DKI dari tahun 1973 – 1980. Dan Pada Tahun 1973 nama gereja De Pinksterkerk in Nederlandsch Indie berubah menjadi Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) berdasarkan pernyataan Pemerintah Republik Indonesia dengan surat Keterangan Departemen Agama R.I Nomor E/VII/156/926/73, serta Surat Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Protestan Departemen Agama RI Nomor 30 tahun 1988, tanggal 3 Februari 1988.

Tahun 1989 Pdt. Imanuel Willem Graafstal meninggal karena sakit dan penggembalaan oleh Majelis Daerah diteruskan oleh anak Mantunya Pdt. Yan Rundengan.

Dalam pelayanan Pdt. Yan Rundengan selain menggembalakan GPdI jemaat Hosana-Narada, juga menjabat sebagai Staf biro penggembalaan dan tahun 1999 s/d tahun 2012 selama 3 Periode Pdt. Yan Rundengan menjabat sebagai Ketua Majelis Wilayah Jakarta Pusat, dan jabatan terakhir sebagai Penasehat Majelis Daerah DKI.

Tahun 2014 Pdt. Yan Rundengan meninggal karena sakit dan penggembalaan diteruskan oleh cucunya Pdt Dhany Satrianto.